arsip.
Sebelum tsunami, Aceh adalah provinsi yang terdiri dari empat juta penduduk dengan 221.000
orang di antaranya bermukim di ibu kota Banda Aceh. 99% penduduk menganut agama Islam dan
hukum Syariah berlaku di beberapa tempat. Secara politik, tidak ada partai yang menguasai
keseluruhan perolehan suara di Aceh: pilihan warga di Pemilu yang lalu terbagi antara Partai
Persatuan Pembangunan (Aceh Besar, Barat, Selatan, Tengah) dan Golongan Karya (Aceh Tenggara,
Utara, Singkil, Sabang), Partai Amanat Nasional mendapat dukungan di Banda Aceh dan Pidie,
sedangkan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan hanya dipilih di kabupaten Aceh Tenggara saja.
PEMBANGUNAN
Usia harapan hidup orang Aceh adalah 67,7 tahun. Angka ini di atas rata-rata angka nasional (66,2).
Hal yang sama terjadi pada angka melek hurup (95,8% bandingkan dengan angka nasional 89,5%)
dan tahun yang dihabiskan di sekolah (7,8 banding 7,1)*. Adapun angka pengangguran adalah
6,2%. Perbandingan angka-angka antara 1999 dan 2002 menunjukkan Aceh dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan di semua area tersebut.
FAKTA DAN ANGKA
1999 - 2002
Tingkat Harapan Hidup 67,6 67,7
Tingkat Melek Hurup Dewasa 93,1 95,8
Rerata Masa Sekolah 7,2 7,8
JENDER
Tingkat melek hurup kaum perempuan adalah 94,1% bandingkan dengan angka rata-rata nasional
(85,7%). Persentase kaum perempuan pada jabatan senior, posisi staf manajerial dan teknis adalah
45%, lebih tinggi ketimbang di Jakarta (35%). Persentase tenaga kerja perempuan Aceh secara
keseluruhan juga lebih tinggi ketimbang Jakarta yaitu 49% (Jakarta 36,6%).
KEMISKINAN
Beberapa indikasi menunjukkan bahwa Aceh menuai sukses dalam upaya pemberantasan
kemiskinan, namun beberapa masalah penting tetap mengemuka. Sekitar 48% penduduk tidak
punya akses kepada air bersih di tahun 2002. Ada sedikit peningkatan ke angka 61,5% di tahun
1999 namun tetap lebih rendah dari angka rerata nasional 44%. 1/3 dari total keluarga tidak punya
akses kepada sanitasi (angka rerata nasional 25 %). 35,2% anak-anak usia di bawah lima tahun
(balita) tercatat mengidap kekurangan gizi menurut data tahun 2002, lagi-lagi jauh lebih besar
ketimbang angka nasional 25,8%, tidak ada kemajuan berarti dari data tahun 1999 (35,6%). Selain itu, terdapat masalah khusus di daerah-daerah yang terpengaruh konflik Gerakan Aceh Merdeka,
yang berarti ada masalah pengungsi menyusul terjadinya tsunami.
KESEHATAN
Akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi kendala besar, di mana 38% penduduk tidak
punya akses memadai ke berbagai fasilitas kesehatan. Angka ini meningkat sejak 1999 (37,6%) dan
jelas di bawah angka rerata nasional (23,1%). Kematian balita adalah 36,1. Angka ini di bawah rerata
nasional (43,5 per 1000 balita). Terakhir, hampir seperempat penduduk (24,6%) tercatat mengalami
masalah kesehatan.
Dalam hal pembangunan di masa mendatang, ada dua pesan penting yang bisa disimpulkan dari
angka-angka ini. Pertama, bahwa sekalipun tanpa terjadinya tsunami, Aceh adalah provinsi dengan
berbagai kebutuhan pembangunan mendesak. Kedua, aliran bantuan uang, sumber daya dan
dukungan internasional yang besar ke Aceh menjadi kesempatan emas untuk meningkatkan
kehidupan orang-orang Aceh dalam jangka panjang. Terdapat potensi luar biasa untuk
pembangunan kembali provinsi Aceh pasca tsunami, bukan saja demi perbaikan Aceh menjadi
seperti sebelum tanggal 26 Desember, namun juga demi meningkatnya kualitas hidup masyarakat
secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar